MATERI TAPAK SUCI

Posted: Oktober 10, 2012 in Uncategorized

DOA PEMBUKA

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Asyhaduanlaailaaha illallaah,

Wa asyhadu anna Muhammadarrasuulullah.

Radhiitu billaahi robba,

Wa bil Islaami diina,

Wabimmuhammadinnabiyya wa rasuula

Artinya :

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, saya ridho bertuhankan Allah SWT. Saya ridho beragamakan islam dan saya ridho bernabi dan berasulkan Muhammad SAW.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SEJARAH SINGKAT TAPAK SUCI (1)

Pra Sejarah

Pra-sejarah Tapak Suci telah dimulai sejak lahirnya seorang putera dari KH. Syuhada, yang bernama Ibrahim, pada tahun 1872 di Banjarnegara (Jawa Tengah). Di usia remaja Ibrahim telah belajar pencak, dan kelak pemuda Ibrahim dikenal sebagai pemuda yang aktif menggunakan ilmu pencaknya itu untuk menentang penjajahan Belanda, kerap mengganggu dan melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda. Hal ini membuatnya kerap menjadi buronan Belanda.

Dalam statusnya yang sering menjadi  buronan Belanda, Ibrahim kerap berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain bersembunyi dari kejaran pihak Belanda, Ibrahim juga mendalami dan mengasah ilmu pencaknya.Tersebutlah dalam riwayat beliau sempat singgah ke Batavia, dititip pada seorang kerabatnya disana. Namun di Batavia Ibrahim juga sering membuat onar terhadap Belanda, hingga akhirnya beliau berangkat ke Tanah Suci.

Setelah menikah dengan puteri KH. Ali, Ibrahim kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari ibadah haji, Ibrahim berganti nama menjadi KH. Busyro Syuhada. Adapun kelak kemudian Pondok Pesantren Binorong semakin berkembang pesat,. Diantara santri-santrinya antara lain : Achyat (H. Burhan) adik misan Ibrahim, M. Yasin (Abu Amar Syuhada) adik kandung, dan Sudirman. Sudirman kelak berkarir dalam dunia milter, dikenal sebagai Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Sekitar tahun 1921 dalam konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH. Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik; A. Dimyati dan M. Wahib. Diawali dengan adu kaweruh antara M. Wahib dengan H. Burhan, selanjutnya A. Dimyati dan M. Wahib mengangkat KH. Busyro sebagai guru.

A.Dimyati dan M.Wahib berguru pencak kepada KH.Busyro di Binorong, Banjarnegara. KH. Busyro lebih terkenal menguasai ilmu pencak inti, sedangkan H. Burhan lebih terkenal menguasai ilmu pencak ragawi. Menurut riwayat, kedua kakak beradik A.Dimyati dan M.Wahib belajar selama lima hari untuk menguasai 15 Jurus, dan 5 Kembangan. Selanjutnya A.Dimyati dan M.Wahib kembali ke Yogyakarta, diikuti oleh KH.Busyro dan H.Burhan yang pindah ke Yogyakarta. Dalam kondisi demikian, masyarakat lingkungannya menyebut mereka sebagai Pendekar Pencak. Seiring dengan berpindahnya KH. Busyro ke Kauman, Yogyakarta, aliran Banjaran–yang pada awalnya dikembangkan melalui Pondok Pesantren Binorong–akhirnya untuk sementara waktu berpusat ke Kauman.

Pendekar A.Dimyati sifatnya pendiam dan cenderung tertutup, sedangkan M.Wahib sifatnya cenderung agresif dan terbuka. Pembawaan A.Dimyati lebih mirip dengan pembawaan H.Burhan. Sedangkan pembawaan M.Wahib dikatakan lebih mirip pembawaan gurunya, KH.Busyro. Untuk itu lebih menonjol nama M.Wahib daripada A.Dimyati. Sedangkan A.Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari adiknya, namun karena pendiam dan tertutup maka tidak kejadian yang dicatat.

Karena sifat kedua kakak beradik yang berbeda ini, sering mengakibatkan keduanya terlibat bentrok, termasuk dalam hal adu kaweruh. KH.Busyro memahami karakter kedua kakak beradik ini. Sekalipun berbeda, menurut beliau keduanya sama-sama memiliki bakat pencak yang tinggi.

Melihat hal demikian KH.Busyro Syuhada menunjuk Pendekar A.Dimyati untuk berkelana ke arah barat, sebagaimana yang pernah dijalani oleh Pendekar KH.Busyro. Sesuai dengan tradisi yang berlaku bahwa Pendekar A.Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada KH.Busyro tidak boleh berguru kepada guru pencak lainnya.Untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan adalah “adu kaweruh”. Diriwayatkan bahwa Pendekar A.Dimyati berhasil menguasai ilmu Cikalong-Cimande, dan Cibarosa.

Adapun KH.Busyro menunjuk M.Wahib untuk berkelana ke arah timur, hingga beberapa tempat sempat disinggahi oleh Pendekar M.Wahib, antara lain Bawean dan Madura. Karena sifatnya yang agresif dan terbuka dari Pendekar M.Wahib, maka “adu kaweruh” diartikan dengan berkelahi,  menguji ilmu dengan pendekar-pendekar yang mengklaim dirinya sebagai pendekar sakti. Menurut kisah yang diceritakan oleh M.Wahib: “Kemana-mana saya naik turun panggung (gelanggang) untuk tarung pencak untuk mendapatkan uang (menang), kalau diperlukan saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal berlafal Alif”.

Setelah pengembaraan Pendekar A.Dimyati ke barat, dan pengembaraan Pendekar M.Wahib ke timur, keduanya kembali ke Yogyakarta. Kebiasaan mencari lawan tanding Pendekar M.Wahib diarahkan kepada anak-anak Belanda ataupun tentara Belanda.

CIKAUMAN
Pada tahun 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A.Dimyati dan M.Wahib membuka latihan pencak. Diriwayatkan puluhan murid ikut  berlatih. Pada saat inilah Pendekar M.Wahib menyatakan CIKAUMAN adalah satu-satunya pencak yang ada di KAUMAN. Penamaan aliran ini sebagaimana menunjuk nama satu tempat sebagai nama aliran. Adapun penyebutan aliran Cikauman ini mengandung pengertian sebagai aliran Banjaran-Kauman, dengan makna bahwa aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran Banjaran.

Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-muridnya, yaitu:

  1. Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkripadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik.
  2. Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara.
  3. Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk Kesucian.

Dalam literatur Pencak Silat, perkembangan pencak silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal:

  1. Geografis: berupa dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai.Masing-masing memiliki karakter yang khas, salah satunya dalam hal kuda-kuda.
  2. Kultural: berupa budaya dan adat istiadat yang mempengaruhi sebuah aliran pencak silat. Dua jalur besar dalam hal ini yaitu aliran Bangsawan dan aliran Rakyat.Aliran Bangsawan:
  • Tertutup, tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniannya.
  • Daya gunanya pada seni pencak silat
  • Disiplin.

Aliran Rakyat:

  • Terbuka, mudah berasimilasi, cenderung berbaur dan tidak murni.
  • Daya guna pada bela diri.
  • Tidak disiplin.

Kalau dilihat pada aliran Cikauman,  dua definisi tersebut kurang cocok sepenuhnya, karena sifat Cikauman adalah:

  • Tertutup, akan tetapi mudah berasimilasi.
  • Tidak disiplin, tetapi patriotik.
  • Daya guna sama kuat antara seni dan bela diri.

Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa perkembangan aliran Banjaran-Kauman sejak awal hingga seterusnya, aliran ini senantiasa berinteraksi dan berdampingan dengan aliran-aliran pencak lainnya yang ada, baik aliran rakyat maupun aliran bangsawan.

Perguruan Cikauman (Kauman-Banjaran), dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati. Murid angkatan pertama adalah M. Djuraimi (Mbah Djur) dan M. Syamsuddin. Kehandalan M. Syamsuddin terletak pada permainan sabetan kaki dan tangan. Hal ini ditunjang oleh postur tubuh M. Syamsuddin yang kekar, karena selain gemar pencak M. Syamsuddin juga seorang pemain sepak bola yang handal.

Setelah dinyatakan lulus dari Perguruan Cikauman, M. Syamsuddin diizinkan untuk menerima murid dan selanjutnya mendirikan Perguruan SERANOMAN.

 

SERANOMAN

Perguruan Seranoman melahirkan seorang Pendekar bernama M. Zahid, anak murid Seranoman yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, serta pergaulannya luas. Kehandalan M. Zahid bertumpu pada ketajaman gerak. Selain itu beliau berhasil mengembangkan dari 5 menjadi 8 Kembangan, dan berhasil merancang pengajaran keilmuan sehingga keilmuan pencak mudah untuk dimassalkan. Namun sayangnya beliau berpulang ke Rahmatullah sehingga belum sempat mendirikan perguruan baru. Sekalipun begitu M. Zahid sempat melahirkan seorang murid berbakat, yaitu Moh. Barie Irsyad. Selanjutnya Moh. Barie Irsjad dibina langsung oleh A. Dimyati dan M. Wahib.

Pada perkembangan selanjutnya Moh. Barie Irsyad diarahkan untuk menghadapi aliran-aliran hitam. Puncaknya adalah tantangan adu kaweruh melawan aliran hitam dengan taruhan siapa yang kalah harus pergi (terusir) dari Kauman. Di bawah kesaksian Pemuda Muhammadiyah ranting Kauman, pada suatu malam — tepatnya tengah malam, bertempat di pelataran Mesjid Gede Kauman, Yogyakarta, berlangsunglah pertarungan tersebut. Atas izin Allah SWT, seluruh murid menyaksikan bahwa yang bathil tidak akan dapat mengalahkan yang haq. Moh. Barie Irsyad berhasil melumpuhkan ilmu sihir dari aliran hitam.

Pada waktu di bai’at Pendekar Moh. Barie Irsyad berhasil mempertanggung jawabkan 11 Kembangan. Lalu Pendekar Moh. Barrie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati, kemudian diberi restu untuk menerima murid. Moh. Barie Irsyad kemudian mendirikan Perguruan KASEGU.

KASEGU

Nama Kasegu diambil dari Segu atau Kasegu, yaitu senjata khas yang berlafadz “MUHAMMAD”, diciptakan oleh Pendekar Moh. Barrie Irsyad. Selanjutnya Segu menjadi senjata khas Perguruan TAPAK SUCI. Kasegu juga bermakna “KAuman SErba GUna”. Pada selanjutnya ada orang yang menyebutnya sebagai Kasegu Badai Selatan (mengingat operasionalnya berpusat di bagian selatan Kauman). Selanjutnya, dalam angkatan ketujuh ini tercatat antara lain:

  1. Murid Cikauman (murid langsung Pendekar M. Wahib): Achmad Djakfar, Moh. Dalhar Suwardi, M. Slamet.
  2. Murid Seranoman (murid langsung Pendekar M. Syamsuddin):M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
  3. Murid Kasegu (murid langsung Pendekar Moh.Barie Irsyad): Irfan Hadjam, M. Djakfal Kusuma, M. Sobri Ahmad, dan M. Rustam Djundab.

Murid angkatan ketujuh ini mulai berlatih di tahun 1957, biasanya empat kali seminggu mulai pukul delapan (ba’da Isya) sampai mendekati Shubuh.

LAHIRNYA TAPAK SUCI

Atas desakan murid-murid kepada Pendekar Moh. Barie Irsyad, muncullah gagasan untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kasegu). Namun untuk mencapai itu mestilah melalui jalan yang tidak mudah. Karena pengertian kelahiran perguruan yang baru kelak bukanlah merupakan suatu aliran yang baru melainkan tetap berakar dari aliran Cikauman (Banjaran-Kauman), apalagi mengingat Pendekar Moh.Barie Irsjad berada pada generasi ke-6 dalam silsilah, maka perlu dilakukan silaturahim dengan para sesepuh. Maka pembuktian demi pembuktian senantiasa dilakukan dalam berbagai pertemuan keilmuan, sekaligus untuk memantapkan perumusan keilmuan yang akan diturunkan. Dalam setiap pertemuan keilmuan senantiasa dilakukan pembuktian demi pembuktian, yang melibatkan para sesepuh aliran.

Sudah takdir Ilahi ketika Pendekar Moh.Barie Irsyad selesai menampilkan JURUS HARIMAU, Pendekar M.Wahib menyatakan puas dan pembuktian dinilai telah cukup. Selanjutnya Pendekar A.Dimyati memberikan pesan dan petunjuk: “Kalau ketemu  aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya.” Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sikap ini adalah sangat kontradiktif dengan sifat jago pencak pada umumnya yang tidak mau melihat kelebihan orang lain dan selalu merasa dirinya yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A.Dimyati ini selanjutnya menjadi dasar sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.

Ujian lainnya yang harus dihadapi memang cukup beragam. Salah satunya adalah penilaian bahwa pengembang atau pun pendiri dalam silsilah aliran ini tidak berasal dari darah biru (ningrat), apalagi para penggagas TAPAK SUCI hanya kalangan rakyat biasa. Akan tetapi dalam hal ini kemudian dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung Kauman, bahkan ketika itu dinyatakan bahwa TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.

Dalam proses pendirian TAPAK SUCI ini juga tidak lepas dari dukungan dan restu yang datang dari para pendekar, ulama dan aktifis Muhammadiyah, dengan harapan kelak perguruan pencak yang terorganisir ini dapat menjadi wadah pengkaderan dan wadah silaturahim para ahli pencak di lingkungan Muhammadiyah. Sekalipun ujan demi ujian harus dilalui

Maka berbagai perangkat organisasi pun disiapkan sedemikian rupa, antara lain:

  • Nama Perguruan dirumuskan dengan mengambil dasar dari ajaran Perguruan Kauman, maka ditetapkan nama TAPAK SUCI.
  • Tata tertib upacara disusun oleh Moh. Barie Irsyad.
  • Doa dan Ikrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma.
  • Lambang Perguruan diciptakan oleh M. Fahmie Ishom.
  • Lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Sujak.
  • Lambang Tim Inti Kosegu dibuat oleh Ajib Hamzah.
  • Bentuk dan warna pakaian ditentukan oleh M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.

Kemudian, atas izin dan restu Allah SWT telah menjadi suatu kenyataan sejarah bahwa pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, TAPAK SUCI telah ditakdirkan untuk lahir dan berkembang di seluruh Nusantara dan kelak meluas ke mancanegara, untuk menjadi pelopor pengembangan pencak silat yang methodis dan dinamis.

Semuanya ini berkat kebesaran jiwa para Pendekar pendahulu (sesepuh) yang mampu memandang jauh ke depan. Tapak Suci adalah amanat dari Pendekar-pendekar Cikauman (Kauman-Banjaran) kepada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pada waktu lahirnya Tapak Suci, telah digariskan bahwa:

  1. Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan
  2. Keilmuan Tapak Suci bersifat Methodis dan Dinamis
  3. Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan

PASCA KELAHIRAN

Tahun-tahun 1960-an kita ketahui bahwa gerakan komunis di Indonesia telah semakin menjadi-jadi di seluruh pelosok negeri. Mereka mengintimidasi kaum Muslim dan menggerogoti kesatuan Bangsa. Hal ini terjadi juga di Kauman. Tak sedikit anak-anak Kauman yang diganggu, sekalipun Kauman sudah menjadi perkampungan Muslim. Maka kehadiran Tapak Suci memberi rasa aman bagi kaum Muslim di situ. Masa-masa awal ini adalah masa-masa perlawanan terhadap gerakan Komunis yang terampil dalam mengintimidasi, menfitnah, dan merusak.

Saat itu konsentrasi beladiri Tapak Suci di arahkan untuk menghadapi gerakan komunis. Gerakan anti komunis inipun akhirnya diikuti oleh kelompok-kelompok pemuda yang membentuk sel-sel (kelompok) tersendiri di kampung-kampung lain dalam rangka menggerogoti kekuatan komunis, seperti Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkasa di Kampung Suronatan, termasuk M. Djuraimi kelak membentuk perguruan Eka Sejati di Kampung Karangkajen, yang seolah sebagai sel dari gerakan di Kauman.

Namun kiranya sepak terjang pemuda-pemuda Tapak Suci kelak ternyata diharapkan di daerah-daerah lainnya, apalagi jika daerah itu merupakan kampung umat Muhammadiyah.  Beberapa wilayah mengajukan permintaan untuk dibuka latihan Tapak Suci. Selain  itu Tapak Suci juga tersebar karena dibawa oleh aktifis perguruan yang berkelana atau merantau keluar daerah.  Maka hal inilah yang kelak mendorong lahirnya Tapak Suci di daerah-daerah.

Seiring dengan tersebarnya Tapak Suci ke daerah, maka masuklah beberapa ahli pencak yang berada di lingkungan Muhammadiyah ke dalam Tapak Suci. Hal ini tentu semakin menyemarakkan gegap gempita Tapak Suci dari sisi organisasi dan keilmuan. Perguruan Tapak Suci yang awalnya hanya di Yogyakarta akhirnya berkembang keluar Yogyakarta dan masuk ke daerah-daerah lainnya.

Setelah meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, Tapak Suci kembali ke sarang dan berkonsetrasi kembali pada organisasi. Di tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikembangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Kemudian pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom ke-11 di lingkungan Muhammadiyah.

PRESTASI OLAHRAGA DAN SENI

Dalam Kejuaraan Nasional I Tapak Suci tahun 1967 di Jember, pertandingan Pencak Silat Tapak Suci dilaksanakan dengan pertarungan bebas. Hal ini bercermin dari tradisi perguruan sejak dulu dalam melakukan sabung (pertarungan) yaitu dengan menggunakan full-body contact, yang mana setiap anggota tubuh adalah sasaran sah untuk diserang, kecuali mata dan kemaluan. Namun ternyata sistem pertarungan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam pertandingan olahraga karena dapat mengakibatkan cidera, cacat permanen, bahkan kematian. Maka seiring dengan itu pula maka pasca Kejurnas I di Jember tahun 1967 itu sistem pertandingan olahraga Tapak Suci terus mengalami penyempurnaan demi penyempurnaan, sekalipun hingga beberapa dasawarsa ke depan kemudian, sistem pertandingan olahraga Tapak Suci tetap tidak menggunakan pelindung badan (body-protector), dengan pengertian bahwa “pelindung badan” pesilat Tapak Suci adalah keilmuan dan ketangkasan si pesilat. Pada Kejurnas I di Jember itu pun sudah diperlombakan pencak silat seni, yang mana yang dilombakan adalah Kerapihan Teknik Permainan.

Ketika Tapak Suci memantapkan diri dalam gerakan olahraga dan seni, keilmuan Tapak Suci ditampilkan melalui 4 aspek; mental-spiritual, olahraga, seni, dan beladiri. Adapun ilmu pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh berupa alat penyasar, mulai ditinggalkan. Hal ini mengingat adanya anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar ilmu tersebut disimpan, kalau toh itu ilmu yan haq, akan tetapi dikhawatirkan dapat menjadi satu kesombongan.

Perguruan Historis IPSI

Pada masa-masa perkembangan Perguruan Tapak Suci yang telah merambah ke persada nusantara, maka dipandang perlu bagi Perguruan Tapak Suci untuk mencari induk organisasi pencak silat. Pada waktu itu sekurang-kurangnya ada tiga organisasi yang menamakan diri sebagai induk organisasi pencak silat Indonesia, yaitu: PPSI yang digerakkan dari Bandung, IPSI yang digerakkan dari Jakarta, dan BAPENSI yang digerakkan dari Yogyakarta, yang masing-masing mencari kekuatan pendukung.

Melalui Rapat Kerja Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 20 April 1967 di Pekalongan, disamping memutuskan dan mengesahkan Anggaran Rumah Tangga, Tapak Suci berketetapan hati memilih Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (sekarang Ikatan Pencak Silat Indonesia) sebagai induk organisasi pencak silat. Untuk itu Tapak Suci didaftarkan kepada PB. IPSI dan langsung diterima menjadi anggota nasional. Kelak kemudian Tapak Suci didudukkan sebagai salah satu dari 10 Perguruan Historis IPSI, mengingat peran Tapak Suci yang menunjang tegak berdirinya PB. IPSI yang kala itu kondisinya sedang kritis.

Kiprah Tapak Suci

Maka kelak kiranya Tapak Suci menjalankan tugas dan peran yang tidak mudah. Di satu sisi Tapak Suci adalah organisasi dakwah yang berinduk ke Muhammadiyah. Di sisi lain Tapak Suci adalah organisasi pencak silat dengan induknya IPSI. Pada dimensi lainnya, Tapak Suci adalah sebuah ilmu beladiri, namun juga merupakan gerakan olahraga dan seni. Hal ini menuntut organisasi dan keilmuan dapat seiring sejalan. Kelak itulah mengapa Sabuk yang terurai pada pesilat Tapak Suci, harus sama panjang di kedua sisi dan tepat jatuhnya di tengah, tidak lebih panjang di satu sisi saja.

SEJARAH SINGKAT TAPAK SUCI

Cikal bakal bermula dari perjuangan seorang pemuda yang gigih melawan penjajah Belanda, Pemuda yang setelah selesai mendalami ilmu kanuragan (pencak silat) aliran Banjaran dan ilmu agam ini kemudian mendirikan pondok pesantren Binorong dan kemudian bernama KH. Bushro Syuhada.Karena semangat dan kegigihannya dalam melawan penjajah, tak heran bila pondok pesantren Binorong ini banyak melahirkan putra-putra terbaik bangsa. Salah satunya adalah Jenderal Besar “Panglima Soedirman” yang kemudian mengabdi pada Angkatan Bersenjata Indonesia. Di antara murid KH Bushro Syuhada terdapat dua kakak beradik bernama Ahmad Dimyati dan M. Wahib yang berguru pencak silat kepada KH. Bushro Syuhada. Ahmad Dimyati selanjutnya mengembara menuju barat hingga akhirnya menguasai Cikalong-Cimande, dan Cibarosa (Banten), sedangkan M.Wahib menuju ke Timur sampai ke Madura (Bawean). Beberapa tahun kemudian ke-2 kakak beradik tsb kembali ke Kauman Yogyakarta, dan atas restu KH. Bushro Syuhada mereka mendirikan Perguruan Cikauman pada tahun 1925. Murid pertama mereka adalah M.Djuraimi.

Akan tetapi M. Djuraimi ini tidak sempat mendirikan perguruan. Menurut tradisi yang ada, apabila seorang murid sudah tamat belajar, maka diperkenankan pula menerima murid (mendirikan perguruan). Murid Cikauman yang kemudian mendirikan perguruan adalah M.Syamsudin. Perguruan yang didirikannya adalah Perguruan Seranoman dan melahirkan murid M.Zahid. M.Zahid tidak sempat mendirikan perguruan dan karena faktor usia, beliau wafat. Namun beliau sempat melahirkan murid utama yaitu M.Barie Irsjad. M.Barie Irsjad yang selanjutnya meneruskan pelajaran silatnya kepada M. Syamsudin, Ahmad Dimyati, dan M. Wahib ini kemudian mendirikan Perguruan Kosegu.Pendekar Basofi Sudirman bersama jajaran pendekar Tapak Suci.Pada tanggal 31 Juli 1963 disepakati berdirinya Perguruan Tapak Suci sebagai peleburan Perguruan Cikauman, seranoman dan Kosegu. Murid-murid dari 3 Perguruan tersebut yang masih ada (a.l : KH. Djarmawi, Irfan Hadjam, Moh. Jakfal Kusuma dan Moh. Sabri Ahmad) kemudian bersatu ke dalam Perguruan Tapak Suci.Pada perkembangannya Tapak Suci menyebar ke daerah-daerah dan memperkaya keilmuannya. Terlebih setelah pendekar-pendekar aliran lain bergabung dan memperkaya Khasanah keilmuwan Tapak Suci (membentuk aliran Tapak Suci).Syarat untuk dapat mengikuti pencak silat ini adalah beragama islam (tidak musyrik) dan telaten menjalani tempaan untuk membuahkan ilmu pencak silat islami.

JENJANG TINGKATAN TAPAK SUCI

Untuk menjamin penguasaan keilmuan bagi para anggotanya, Perguruan TAPAK SUCI menganut sistem Jenjang/Tingkat Sabuk.Setiap kenaikan Tingkat Sabuk dilakukan melalui Ujian Kenaikan Tingkat, sehingga sabuk ketingkatan di dalam Perguruan TAPAK SUCI bukanlah merupakan pemberian atau hadiah. Setiap orang di dalam Perguruan TAPAK SUCI dituntut dapat mempertanggung jawabkan Tingkat Sabuk yang disandangnya itu–termasuk dari mana dan dengan cara apa mendapatkannya, dan dituntut sanggup sebagai teladan yang utama.

Perguruan TAPAK SUCI bukanlah sebuah perguruan yang person-centris (berpusat pada pengkultusan seseorang atau sabuk), maka setiap orang dengan tingkat sabuk lebih tinggi tidak dapat merasa seolah-olah bahwa perguruan TAPAK SUCI adalah miliknya sendiri. Hal ini termasuk berlaku pada setiap tingkat Pimpinan. Bahkan sebaliknya, setiap orang di dalam Perguruan TAPAK SUCI memiliki kewajiban yang sama dalam penegakkan hukum dan aturan organisasi. Sebagai gerakan, Perguruan TAPAK SUCI memiliki jalur dan tingkat pimpinan yang jelas yang masing-masing telah diatur wewenang dan wilayah tugasnya. Hal ini menyiratkan bahwa seseorang dengan tingkat sabuk yang lebih tinggi tetap taat pada aturan, karena Hukum dan Aturan adalah kedaulatan tertinggi.

Jenjang ketingkatan di dalam Perguruan TAPAK SUCI terdiri dari 15 (lima belas) tingkat, yang terbagi dalam 3 gugus jenjang besar yaitu: SISWA, KADER, dan PENDEKAR.

Jenjang SISWA

Warna Dasar Sabuk: Kuning

SISWA adalah sebutan untuk murid yang belajar pada Perguruan. Jenjang SISWA adalah jenjang pendidikan utama yang berisi pendasaran, bagi siapa pun yang dibina oleh Perguruan TAPAK SUCI. Masa pendidikan SISWA ditempuh sekurang-kurangnya selama 6 (enam) bulan tiap tingkat. Namun ini bukan berarti setiap enam bulan seorang SISWA boleh naik tingkat, tanpa menguasai materi pendidikan dan pembinaan. Setiap SISWA berhak mendapatkan pendidikan dan pembinaan sesuai tingkatnya. Apabila sudah menempuh dan menyelesaikan pendidikan dan pembinaan sesuai tingkatnya, seorang SISWA berhak mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat.

  1. Siswa Dasar – Polos
  1. Siswa Satu – Melati Cokelat Satu
  2. Siswa Dua – Melati Cokelat Dua
  1. Siswa Tiga – Melati Cokelat Tiga
  2. Siswa Empat – Melati Cokelat Empat

 

Jenjang KADER

Warna Dasar Sabuk: Biru

KADER, adalah jenjang bagi seseorang yang telah selesai dan dinyatakan lulus menempuh pendidikan dan pembinaan pada jenjang SISWA. Pendidikan dan pembinaan dilakukan sekurang-kurangnya selama 1 tahun per tingkat. Dalam setahun itu seorang KADER memenuhi seluruh materi pendidikan dan pembinaan sebelum akhirnya dinyatakan SANGGUP untuk mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat. Walaupun sudah lebih dari 1 tahun namun KADER ybs belum selesai menguasai materi pendidikan dan pembinaan, maka KADER ybs dinyatakan tidak sanggup sehingga tidak mendapatkan hak untuk mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat.

Pada jenjang KADER juga dilakukan pendidikan dan pembinaan ke-Pelatih-an. PELATIH, adalah sebutan bagi seseorang yang telah dinyatakan sanggup dan berkemampuan, sehingga kepadanya berhak untuk bertugas sebagai pelaksana pendidikan dan pembinaan untuk jenjang SISWA. Tidak semua KADER itu adalah PELATIH, karena keterbatasan waktu dan lain sebagainya. Namun untuk menjadi PELATIH harus bertingkat KADER. Setiap KADER berlomba-lomba mengumpulkan jam terbang yang tinggi baik dalam kegiatan keilmuan maupun organisasi, termasuk yang berupa penugasan, pendalaman, dan penelitian. Jenjang KADER juga menuntut pergorbanan yang lebih besar serta kesanggupan mempertanggung jawabkan keilmuan dan keahliannya.

  1. Kader Dasar – Polos
  1. Kader Muda – Melati Merah Satu
  2. Kader Madya – Melati Merah Dua
  1. Kader Kepala – Melati Merah Tiga
  2. Kader Utama – Melati Merah Empat

 

Jenjang PENDEKAR

Warna Dasar Sabuk: Hitam

Jenjang PENDEKAR adalah jenjang tertinggi dalam tingkat sabuk di Perguruan TAPAK SUCI. Untuk mencapai jenjang PENDEKAR diperlukan jam terbang yang tinggi karena dituntut memiliki kesanggupan dalam mempertanggung jawabkan keilmuan dan keahliannya, dengan menyumbangkan pengorbanan yang lebih besar serta sanggup menjadi tauladan yang utama.

  1. Pendekar Muda, PMa – Melati Hitam Satu
  2. Pendekar Madya, PMdy – Melati Hitam Dua
  3. Pendekar Kepala, PKa – Melati Hitam Tiga
  1. Pendekar Utama, PUa – Melati Hitam Empat
  2. Pendekar Besar, PBr – Melati Hitam Lima

 

IKRAR ANGGOTA TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH

  1. Setia menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah semata
  2. Mengabdi kepada Allah, berbakti kepada bangsa dan negara, serta membela keadilan dan kebenaran.
  3. Menjauhkan diri dari segala perangai dan tingkah laku yang tercela.
  4. Mencari perdamaian dan kasih sayang serta menjauhi perselisihan dan permusuhan.
  5. Patuh dan taat kepada peraturan-peraturan serta percaya kepada kebijaksanaan pimpinan.
  6. Dengan IMAN dan AKHLAQ saya menjadi kuat, tanpa IMAN dan AKHLAQ saya menjadi lemah.

Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzhiim

ARTI LAMBANG TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAHTapak Suci Lahir Pada Tanggal 31 Juli 1963 di Jogjakarta,Didirikan Oleh M.Bari Irsyad dan M.Wahib

  • BENTUK BULAT : Bertekad Bulat
  • BERDASAR BIRU : Keagungan
  • BERTEPI HITAM : Kekal & Abadi Melambangkan Sifat Allah
  • BUNGA MAWAR : Keharuman
  •    WARNA MERAH : Keberanian
  • DAUN KELOPAK HIJAU : Kesempurnaan
  • BUNGA MELATI PUTIH : Kesucian
  • JUMLAH SEBELAS : Rukun Islam & Rukun Iman
  • TANGAN KANAN PUTIH : Keutamaan
  • TERBUKA : Kejujuran
  • BERJARI RAPAT : Keeratan
  • IBU JARI TERTEKUK : Kerendahan Hati
  • SINAR MATAHARI KUNING : Putera Muhammadiyah

Disimpulkan menjadi :

“Bertekad bulat mengagungkan asma ALLAH SWT kekal dan abadi, dengan keberanian menyerbakan keharuman dengan sempurna, dengan kesucian menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman, mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati”

MATERI PENDIDIKAN SISWAPERGURUAN SENI BELADIRI INDONESIA
“TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH”

TINGKAT SISWA DASAR

I. KUDA-KUDA DASAR
Kuda-Kuda Atas
Kuda-Kuda Tengah
Kuda-Kuda BawahII. PERUBAHAN BENTUK

DASAR KUDA-KUDA
Kuda-Kuda Berat Badan di Depan
Kuda-Kuda Berat Badan di Belakang
Kuda-Kuda Segaris Menghadap
Kuda-Kuda Segaris Ke Depan
Kuda-Kuda Lipat
Kuda-Kuda Satu Kaki

III. SIKAP BALIK HADAP

Sikap Balik 1
Sikap Balik 2
Sikap Balik 3
Sikap Balik 4
Sikap Balik 5
Sikap Balik 6
IV. CARA MELANGKAH
Melangkah
Menggeser
Dedet
Insut
Lipat
Loncat

V. BENTUK HINDARAN
Tangkai Mawar Tertiup Angin
Harimau Lapar Meliuk Diri
Harimau Tidur
Rajawali Terbang
Mengubah Bentuk Kuda-Kuda

VI. JURUS DASAR
Bunga Mawar Mekar
Bunga Mawar Layu
Belitan Tangkai Mawar
Katak Melempar Tubuh
Naga Terbang
Rajawali Mengibas Sayap
Tandukan Lembu Jantan
Ikan Terbang Menjulang Keangkasa
Ikan Terbang Menggoyang Sirip
Harimau Membuka Jalan
Harimau Menutup Jalan
Terkaman Harimau LaparVII. TEKNIK PRAKTIS
1. A : Bunga Mawar Mekar
B : Katak Melempar Tubuh
2. A : Bunga Mawar Mekar
B : Katak Melempar Tubuh
3. A : Rajawali Mengibas Sayap
B : Naga Terbang
4. A : Ikan Terbang
B : Tandukan Lembu Jantan
5. A : Ikan Terbang Menjulang Keangkasa
B : Rajawali Mengibas Sayap

6. A : Harimau Membuka Jalan
B : Bunga Mawar Layu

7. A : Harimau Membuka Jalan
B : Tandukan Lembu Jantan

8. A : Terkaman Harimau Lapar
B : Bunga Mawar Mekar (Kn)
Bunga Mawar Layu (Kr)

TINGKAT SISWA SATU

I. JURUS DASARPagutan merpati

Merpati mengibas ekor

Merpati mengibas sayap

Tandukan Naga Jantan

Sabetan ikan terbang

Pagutan naga jantan

Sambaran merpati

Sambaran naga

Benturan harimau

Harimau menggoyang ekor

Ikan terbang menerjang sarang

Tandukan lembu jantan

II. SIKAP AWAL

Bunga Mawar Menyongsong Matahari
Sikap Bunga Mawar Mekar
Sikap Katak
Sikap Rajawali
Sikap Lembu Jantan
Sikap Merpati
Sikap Naga
Sikap Ikan Terbang
Sikap Harimau

III. KELOMPOK JURUS DASAR

Bunga Mawar Mekar
Bunga Mawar Layu
Katak Melempar Tubuh
Merpati Mengibas Sayap
Ikan Terbang Menggoyang Sirip
Ikan Terbang Menerjang Sarang
Ikan Terbang Menjulang Ke Angkasa

IV. POLA LANGKAHPola Langkah Paku-Paku
Pola Langkah Segi Tiga
Pola LAngkah Segi Empat

V. GABUNGAN JURUS DASAR
1. Bunga Mawar Mekar(Kn)
Ikan Terbang Menjulang Keangkasa (Kr)
Naga Terbang (Kr)
2. Bunga Mawar Layu (Kn)
Bunga Mawar Mekar(Kn)
Harimau Membuka Jalan (Kr)
Katak Melempar Tubuh (Kn)

 

3. Tandukan Lembu Jantan (Kn)
Ikan Terbang Menjulang Keangkasa (Kr)
Harimau Membuka Jalan (Kr)
Benturan Harimau (Kn)
Merpati Mengibas Sayap (Kr)

4. Rajawali Mengibs Sayap (Kn)
Terkaman Harimau Lapar (Kn)
Katak Melempar Tubuh (Kr)

 

VI. TEHNIK PRAKTIS

1. A : Bunga Mawar Layu, Harimau Membuka Jalan, Katak Melempar Tubuh
B : Katak Melempar Tubuh, Rajawali Mengibas Sayap, Bunga Mawar Mekar

2. A : Bunga Mawar Mekar, Ikan Terbang Menggoyang Sirip, Deder Naga Terbang
B : Katak Melempar Tubuh, Bunga Mawar Layu, Rajawali Mengibas Sayap

3. A : Bunga Mawar Mekar, Terkaman Harimau Lapar
B : Katak Melempar Tubuh

4. A : Rajawali Mengibas Sayap, I T M A, Harimau Membuka Jalan

B : Naga Terbang, Tangkai Mawar Tertiup Angin, Bunga Mawar Layu, Simpuh

MATERI DASAR PENDIDIKAN PENCAK SILAT

SISWA TINGKAT DUA

I. JURUS

1.      Jurus Katak

2.      Jurus Mawar

3.      Jurus Ikan terbang

4.      Jurus Naga

II. PERMAINAN SENJATA

MATERI DASAR PENDIDIKAN PENCAK SILAT

SISWA TINGKAT TIGA

I. JURUS

1.   Jurus Rajawali

2.   Jurus Lembu

3.   Jurus Merpati

4.   Jurus Harimau

II. PERMAINAN SENJATA

GUGUS BESARMATERI KEILMUAN RAGAWISISWA TAPAK SUCI

I. TRADISI TAPAK SUCI

  1. Sikap Hormat
  2. Sikap Duduk
  3. Berdoa
  4. Cara Memakai Sabuk
  5. Sikap Awal
  6. Salam Perguruan

II. TATA GERAK KAKI

  1. Kuda-kuda Dasar
  2. Perubahan Bentuk Kuda-kuda
  3. Melangkah
  4. Sikap Balik
  5. Menggeser
  6. Pola Langkah

III. HINDARAN

  • Lima Bentuk Hindaran

IV. JURUS DASAR

  • 24 Jurus Dasar

V. KELOMPOK JURUS DASAR

  • 13 Kelompok Jurus Dasar
VI. JURUS PERMAINAN

  • Delapan Jurus Permainan

VII. PERMAINAN SENJATA

  • Pegangan
  • Putaran
  • Jurus Dasar
  • Kelompok Jurus Dasar

VIII. TEKNIK PRAKTIS

  • Segi Praktis Tangan Kosong
  • Segi Praktis Bersenjata

IX. SABUNG TERIKAT

X. SABUNG BEBAS

Jurus TAPAK SUCI:

1. Mawar

2. Katak

3. Naga

4. Ikan Terbang

5. Merpati

6. Lembu

7. Rajawali

8. Harimau

 

SUSUNAN PIMPINAN PUSAT
PERGURUAN SENI BELADIRI INDONESIA
TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH

PERIODE 2006-2011

Penasehat
H.M. Muchlas Abror, PUa
Prof. DR. H.Zamroni, MSc., PUa
Prof. DR. Jumhan Pida, M.Pd., PMdy

Ketua Umum
H. Muchdi Purwopranjono, PBr.

Wakil Ketua Umum
H.M. Rossil B. Saleh, MBA., PUa.

Ketua Dewan Guru
Ismail Navianto, SH., PBr.

Anggota Dewan Guru
Ahmad Dja’far, S.Ag., PBr
H. Haryadi Mawardi, PBr.
Nizam Firdausi, PBr.
Asfandi Hasya, PBr.
M. Tosan Adenan, PBr.
H. Abdullah, BA, PUa.
Alvandi Saleh, PUa.
H.M. Syarif, SE.

Ketua Dewan Pendekar (Departemen Pembinaan dan Pendidikan)
H. Soedjono RS., PBr.

Ketua I (Departemen Pembinaan Prestasi)
Drs. H. Arifuddin Pangka, PBr.

Ketua II (Departemen Pembinaan Organisasi dan Kader)
H.M. Ramli Haba, SH.,MH., PKa.

Ketua III (Departemen Pendayagunaan Sumber Daya)
Prof. DR. Ir. Kusmawan M.Sc., MBA., BBA., PMa.

Ketua IV (Departemen Penelitian dan Pengembangan)
Drs. H. Muhajir Effendi, M.Ap., PMa.

Ketua V (Departemen Hubungan Masyarakat)
Drs. H. Hisbullah Rahman, PBr.

Sekretaris Umum
H. Muhtadi, S.Pd., PUa.

Sekretaris
M. Arri Rusdiyantara, ST., PMa.
Ir. H. Haiban Hadjid, PMa.

Bendahara Umum
H.M. Shiddiq SP., PUa.

Bendahara
H. Dedet Sulaiman, RO,. PUa.

Bidang Kependekaran & Anggota
M. Barie Hadjir Roslin, PBr

Ir. Arief Purwanto, PMa
Bidang Pembinaan Keilmuan
Achmadi A. Nardju, SH, PUa

drh. Heru Isnawan, PMdy

Bidang Pembinaan Fisik & Mental
dr. H.M. Noerhadi, M.Kes, PUa

Drs. M. Ibban Badawi, PUa

Bidang Pembinaan Anggota
Indri Tri Suryanta, PUa

Drs. M. Chawari, PMa
Bidang Pembinaan Prestasi
H.A Fanan Hasanuddin, BA, PUa

Drs. M. Mahfud, PMdy

Bidang Pembinaan Kepelatihan
Ahmad Arif, SE, PKa

Indro Catur Haryono, PMa

Bidang Pembinaan Wasit Juri
Tenis Prasetyo, PUa

Sofa Aqli, S.Pd, PMdy
Bidang Pembinaan KOSEGU
Drs. Fachruddin, PBr

Drs. Hari Purnomo, PMa
Bidang Pembinaan Organisasi Dalam & Luar Negeri
H. Muslimin Mawi, SE, PKa

Drs. Chairul Muriman, PMdy

Bidang Pembinaan Al Islam dan Ke-Muhammadiyah-an
dr. H.. Fauzi AR, PUa

Letkol.Inf. (Purn) M. Afnan Zamhari, PUa
Bidang Pendayagunaan Sumber Daya
Ir. H. Suroto, PKa

Rohib Winastuan, B.Sc, PKa

Bidang Pendayagunaan Usaha
Ir.H. Rosyid Hidayat, PKa

Mulani MK, PUa

Bidang Pendayagunaan Disiplin & Hukum
H. Nukman Muhammad, SH, MH., PUa

Mulfahri Harahap,SH., PMa

Bidang Penelitian & Pengembangan Atlit
DR. Ir. M. Sasmito Jati, M.Sc., PMdy

dr. Thontowi Djauhari, NS, M.Kes., PMa

Zakaria, P.Si

Bintal Yudhana, PMdy

Bidang Penelitian & Pengembangan Pelatih

Drs. Robby Purnomo

Drs. Muhammad Taufik, S.Ag., PMdy

dr. Tomi

M. Ali Imron, S.Pd.

Bidang Penelitian & Pengembangan Wasit Juri
Drs. Sukarno, M.Si., PUa

Kol. Mahmud Dimyati, PKa

Drs. Kusmadiyono, PMdy

Bidang Informasi

Ir. M. Iqbal Rasyid, PMdy

Fitri Gayo

Bidang Komunikasi & Penerbitan

Drs. Dody Rudianto, MM., PUa

M. Suryadi., PUa

 

Bidang Promosi

H.M. Firdaus Akram, SE., PUa

Anggota Pleno

H.A. Rahim, PBr
Drs. Wan Abubakar, MS., M.Si., PKa
Ir. Nazmi AL, PKa
Drs. H. Rudjito, PUa
Drs. H. Achmad Rubaie, MH
H. Rustam Effendi, SE., PKa
H. Darmadi, S.Pd., PUa
H. Muchlis, PMdy
Handoko Sudrisman, SH., PKa
Dr.Ir. Chablullah Wibisono, MM., PUa

DOA PENUTUP

BISMILLAHIRAHMANIRAHIM

ALLAHUMMA ARINAL HAKKO HAKKO  WARZUKNA TIBA’A ,

WA ARINAL BATILA-BATILA WARZUKNAJ TINABA ,

WALHAMDULILLAHI ROBBIL ALAMIN

Artinya :

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah tunjukanlah kepadaku yang hak itu hak dan berikan kekuatan untuk menjalankannya dan tunjukannlah kepadaku yang bathil itu bathil kekuatan untuk menghindarinya

Tinggalkan komentar